A.
METODE PEMBELAJARAN AL – BAGHDADI
Kaedah ini merupakan kaedah yang paling
lama dan meluas digunakan di seluruh dunia.Ia dipercayai berasal dari Baghdad,
ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan
saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia (Mohd Zainul
2008). Manakala menurut (Komari 2008) menjelaskan kaedah ini sudah bermula dari
pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia kaedah tersebut telah
diperkenalkan pada awal tahun 1930an sebelum kemerdekaan.Kaedah ini juga
dikenal dengan kaedah sebutan “eja” atau latih tubi, tidak diketahui
pasti siapa pengasasnya.
Cara mengajarkannya dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan
dieja/diurai secara pelan.Setelah menguasai barulah diajarkanmembaca
QS.Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya.Setelah selesai Juz
‘Amma, maka dimulai membaca Al-Qur’an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai
tamat.
Dari waktu ke waktu, dari generasi ke
generasi, pengajian anak-anak terus menyebar dalam jumlah besar merata di
seluruh pelosok tanah air.Berkat pengajian anak-anaklah makakemudian umat
Islam, dari generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca Al-Qur’an dan
mengetahui dasar-dasar keislaman.
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan
kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode pembelajaran dengan
kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang menarik. Anak-anak lebih tahan
duduk berjam-jam di depan TV daripada duduk setengah jam di depan guru ngaji.
Akibatnya, harus dibutuhkan waktu 2 – 5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan
membaca Al-Qur’an (Mahmud Yunus, 1979: 35).Akibat lebih lanjut adalah semakin
banyak terlihat anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca
Al-Qur’an.
Di tengah keprihatinan ini ternyata
mendorong banyak ahli untuk mencari berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak
tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan
pembaruan sistem dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an ini. Diantara tokoh
pembaru yang cukup menonjol adalah KH.As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang
telah tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca
Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”.Metode ini
ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup membawa anak-anak
lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
-
Hafalan
-
Eja
-
Modul
-
Tidak variatif
-
pemberian
contoh yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1. Kelebihan
a. Santri akan
mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal
huruf-huruf hijaiyah.
b. Santri yang lancar
akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang
lain.
2.
Kekurangan
a.
Membutuhkan
waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
b.
Santri
kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
c.
Kurang
variatif karena menggunakan satu jilid saja.
B.
METODE PEMBELAJARAN QIROATI
Awal mula pendidikan Al-Qur’an di Indonesia
masih menggunakan sistem pengajian yang berada di mushola/langgar, masjid, dan
bahkan di rumah-rumah.Sebagian besar metode yang diterapkan yakni dengan
menggunakan turutan yang didalamnya berisi Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi
dengan petunjuk membaca Al-Qur’an.Metode ini merupakan metode yang disusun oleh
ulama’ Baghdad, seiring berjalannya waktu khususnya anak-anak mulai enggan
mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien,
terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
Pada pertengahan tahun 1986 dikalangan umat
islam muncul metode yang disusun oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang
yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun. Metode ini muncul
dari usaha Ust.H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca
Al-Qur’an dengan meneliti dan mengamati pengajian anak-anak di luar daerah.
Awalnya beliau mengajarkan ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya
dengan menggunakan turutan, akan tetapi hasilnya kurang memuaskan, dimana
anak-anak hanya mengahafaal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy
mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang .pada saat berkesempatan
mengambil barang diluar kota, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti
dan mengamati pengajian anak-anak ada di mushalla, langgar dan masjid setempat,
ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.
Berdasarkan rasa ketidak-puasan dengan
hasil mengaji dengan kitab turutan, Ust.H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil
menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh
jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq
metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan
Al-Qur’anku yang tartil’.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim
Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang,
mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku
qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu
beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada
masyarakat semarang sekitarnya.
Tujuan Metode Qiraati :
·
Menjaga dan
memelihara kehormatan dan kesucian Al-Quran (dari segi bacaan tartil sesuai
dengan kaidah tajwid)
·
Menyebarkan Ilmu
Bacaan Al-Quran yang benar dengan cara yang benar
·
Mengingatkan
para guru Al-Quran agar berhati-hati dalam mengajarkan Al-Quran
·
Meningkatkan
kualitas pendidikan atau pengajaran Al-Quran
Prinsip –prinsip dasar Qiro’ati :
a.
prinsip-prinsip yang di pegang oleh
guru/ustadz yaitu:
~
Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
~
Daktun (tidak boleh menuntun)
b.
Prinsip-prinsip yang harus dipegang
santri / anak didik:
~
CBSA : Cara belajar santri aktif.
~
LCTB : Lancar cepat tepat dan
benar.
Dalam
mengajarkan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
1.
Jilid I
Jilid I adalah
kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada
jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
2.
Jilid II
Jilid II adalah
lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.
3.
Jilid III
Jilid III
adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
4.
Jilid IV
Jilid ini
merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
5.
Jilid V
Jilid V ini
lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik
dan benar
6.
Jilid VI
Jilid ini adalah
jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.
Metode ini memiliki kekurangan dan
kelebihan, yaitu:
1.
Kekurangan:
Bagi yang tidak
lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh
bulan/tahun.
2.
Kelebihan
·
Siswa
walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara
tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan
membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain.
·
Dalam metode ini terdapat prinsip untuk
guru dan murid.
·
Pada metode ini setelah khatam
meneruskan lagi bacaan ghorib.
·
Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta
ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan
syahadah jika lulus test.
C.
METODE
PEMBELAJARAN IQRO’
Metode
iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada
latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari
tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode
iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena
ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan
langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan
cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Metode
pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku
metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap
jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk meudahkan setiap
peserta didik (santri) yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang
akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro; ini termasuk
salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini
sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia.
Sebelum
K.H. As’ad Humam meluncurkan metode Iqro’ memang sudah ada metode membaca
Al-Qur’an yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode
Juz Amma, methode Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya.
K.H. As’ad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang
saudah ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro muncul, sekitar tahun
1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan
juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca Al-Qur’an dengan fasih
dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum bisa membaca
Al-Qur’an.
Metode
Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga
telah menganugrahkan penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil
karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA.
Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman
Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai
Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an.
Dari
waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar
yang memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai
daerah di luar DIY, bahkan akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang
mempermudah persebaran metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad
Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang
merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode
Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan metode ini.
Metode
Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian
anak TK Al-Qur’an. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan
Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan petunjuk
mengajarkan kepada santri.
Ada 10 macam sifat-sifat buku Iqro’
yatu :
- Bacaan langsung.
- CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
- Prifat
- Modul
- Asistensi
- Praktis
- Sistematis
- Variatif
- Komunikatif
- Fleksibel
Bentuk-bentuk pengajaran dengan
metode Iqro’ antara lain :
- TK Al-Qur’an
- TP Al-Qur’an
- Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
- Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an
- Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
- Digunakan di majelis-majelis taklim
Adapun kelemahan dan kelebihan
metode Iqro’ adalah:
Kelebihan:
·
Menggunakan
metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
·
Dalam
penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara
eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya
yang berjilid rendah).
·
Komunikatif
artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan
sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
·
Bila
ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus,
secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
·
Bukunya
mudah di dapat di toko-toko.
Kekurangan:
·
Bacaan-bacaan
tajwid tak dikenalkan sejak dini.
·
Tak
ada media belajar
·
Tak
dianjurkan menggunakan irama murottal.
D.
METODE PEMBELAJARAN AT – TARTIL
Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an yang lebih
praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar membaca Al-Qur’an. Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah Ilmu
Al-Qur’an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al-Qur’an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera
Barat, Indonesia) pada tahun 1998. Pada mulanya metode ini diberi nama “
Metode Cepat dan Praktis Membaca Al-Quran”
Metode ini terdiri dari dua siri, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil
I adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf berbaris
satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk memandu murid/pelajar
mempelajari Mad, Ghunnah, dan Waqaf wal Ibtida’.
Pembelajaran dilakukan setiap hari
(satu kali pertemuan 1 Jam), murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan
untuk mempelajari kedua
siri metode
Tartil tersebut.
Proses pembelajarannya mengaktifkan
peserta didik dalam membaca Al-Qur’an dan disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid.
Adapun
aturan-aturan dalam pembelajaran Al-Quran metode ini adalah, meliputi:
a.
Penerapan metode At-Tartil harus dilakukan oleh
ustadz/ustadzah yang sudah mendapatkan
syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ. Sedangkan dalam penerapan Metode At-Tartil
ini dalam setiap Jilidnya terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya,
selain itu juga terdapat pokok-pokok pelajaran
di setiap jilidnya dan dengan menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai
evaluasinya.
b.
Kedua,
upaya yang dilakukan oleh guru dalam
meningkatkan pembelajaran
baca tulis al-Qur’an adalah dengan adanya pembinaan dan penataran secara
berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ. Dalam bacaan At-Tartil akan dinilai
setiap hari dan dicatat hasilnya pada evaluasi harian oleh gurunya
masing-masing agar diperhatikan oleh
orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6
(Bacaan Gharib yang ada di jilid 6).
Terdapat empat komponen asas yang
menjadikan metode At-Tartil lebih praktis dan lebih cepat dibanding dengan metode lain,yiaitu:
·
Materi
diberikan dalam bentuk lisan dan
tulisan.
·
Masa
yang diperlukan hanya 27 kali pertemuan
untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan 45-60
minit). Dalam masa 4 Bulan murid/pelajar Insya Allah mampu membaca dan menulis
Al-Qur’an dengan baik dan benar. Masa
4 bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada diantara
murid/pelajar yang agak lambat belajar.
·
Adanya
materi wajib yang harus
diberikan yaitu
Seni Tartilul Qur’an.
·
Adanya
materi menulis ayat al-Quran dengan baik yang
telah disediakan lansung dalam buku yang digunakan.
E.
METODE PEMBELAJARAN TILAWATI
Tilawati
adalah merupakan salah satu di antara metode pengajaran Al Qur'an. Tilawati
menawarkan suatu sistem pembelajaran Al Qur'an yang yang mudah, efektif dan
efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi Al Qur'an.
Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi juga pada
guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati menggabungkan metode
pengajaran secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan
kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah dapat mengajari santri 15-20 orang
tanpa mengurangi kualitas. Waktu pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan
kualitas yang diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak
mencapai kelas 6 dan drop out dari TPA.
Metode Tilawati
disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs
H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah
Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang
berkembang di TK-TPA. Karakteristik dan keunggulan metode Tilawati
antara lain:
· Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan
individual.
· Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.
· Menekankan pada kemampuan peserta
didik untuk dapat membaca al-Qur’an secara tartil.
· Menggunakan variasi lagu-lagu
tilawah dalam membaca al-Qur’an sehingga tidak membosankan.
Taman Pendidikan Al Quran telah membuktikan efektifitas dan
kemudahan pembelajaran Al Quran metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada
beberapa hal yang menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :
- Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan Al Quran di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dan sekolah formal di Indonesia
- Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk pengembangan.
- Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga, kaset lagu rost, dan vidio teknik pembelajaran.
- Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual secara seimbang dan proporsinal sehingga:
·
Proses
belajar mengajar menjadi efektif dan efisien
·
Pembelajaan
menjadi mudah dan menyenangkan
·
Pengelolaan
santri menjadi lebih tertib.
·
Target
pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi
kurang footnot ny ne ...
BalasHapusModal 50rb Menang Ratusan Juta??
BalasHapusCuman Di Bola206
Bandar Sbobet Terhoki Se-Asia
Min Depo & WD 50K
Bisa Deposit Via Pulsa
Bonus New Member 10%
Bonus Harian 5%
Bonus Cashback 5%
Bonus Referral 2.5%
WA : +6281363191417
www(.)betbola206(.)net