Latar Belakang Pergerakan Nasional di
Indonesia
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan Nasional di Indonesia , antara lain :
1. Faktor Intern
a. Dominasi ekonomi kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum
pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi.Puncak
kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan
perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan
tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia
kepada keturunan Cina. Cina diberi
kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi
kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi lebih
agresif.
b.
Pengaruh Bahasa Melayu
Di
samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia
juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua
Franca) yakni
bahasa Melayu. Dalam perkembangannya,
bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa
pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan
semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
C. Pengaruh Pendidikan Barat di
Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada
masa Hindia
Belanda tidak dapat dipisahkan dari
politik etis. Ini berarti
bahwa terjadinya perubahan di negeri
jajahan (Indonesia)
banyak dipengaruhi oleh keadaan yang
terjadi di negeri
Belanda. Tekanan datang dari Partai
Sosial Demokrat yang di
dalamnya ada van Deventer. Perasaan akan timbulnya
nasionalisme bangsa Indonesia
telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih
bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang bersifat
menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar awal abad
XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor,
baik faktor intern maupun factor ekstern.
Pada tahun 1899, Mr. Courad Theodore van
Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap pemerintah penjajahan
Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, de Gids dengan
judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau hutang kehormatan.
d.Penderitaan
Rakyat Berkepanjangan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan
yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli
perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi
rakyat Indonesia.
Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia
muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas
prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkandalam bentuk
perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan
senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
e.
Pengaruh Pendidikan Agama Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia
juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan
Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan
madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan
agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh.
Usaha pemerintah kolonial Belanda
untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman
para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan
dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan
kemerdekaan.
Rakyat Indonesia
yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para
pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi
kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
f. Sejarah Masa Lampau yang
Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa
kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit
memainkan peranan sebagai Negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir
seluruh Nusantara. Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia
untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah
perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada decade awal abad XX.
g.
Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat
melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial
dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan,
mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah
ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa
nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar
dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua
masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun.
Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah
kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker
mendirikan Ksatrian
School, dan Moh.
Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam
(INS Kayu Tanam). Berikut ini akan dibahas sekolah-sekolah kebangsaan
tersebut,antara lain :
1 ) Taman Siswa
Taman
Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada tanggal
3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik dan
menggembleng golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat
anti penjajahan.
2
) Ksatrian School
Ksatrian Institut atau Ksatrian
School didirikan di Bandung pada tahun 1924
oleh Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi. Tujuan Ksatrian
School adalah
untuk memberi kesempatan belajar yang lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi
putera. Selain itu untuk menumbuhkan rasa harga diri manusia dan kepercayaan
kepada diri sendiri sebagai bangsa yang merdeka. Semboyan yang dipakai adalah
“Mengabdi Masa depan Rakyat.”
3 ) INS
Kayu Tanam
INS
Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926.
Tujuannya adalah untuk mendidik dan menanamkan tradisi semangat kerja dan
kemandirian. Dengan kemandirian tersebut diharapkan golongan pemuda dapat
menyadari akan arti pentingnya semangat nasionalisme sebagai modal perjuangan
kemerdekaan. Asas INS Kayu Tanam adalah menolong diri sendiri.
h. Istilah Indonesia
sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘
berasal dari kata India
(bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk
kepulauan), sehingga kata Indonesia
berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier
makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan
ilmuwan seperti G.R. Logan, AdolfBastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje,
dan lain-lain.
2. Faktor Ekstern
a. Kemenangan Jepang atas Rusia 1905
Selama ini sudah menjadi suatu
anggapan umum
jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit
putih) menjadi simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit
berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah
dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara
Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu
adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat
juang terhadap para pelopor
pergerakan nasional di
Indonesia.
b. Gerakan Nasional Cina tahun 1911
di pimpin Dr.Sunyatsen.
Dinasti Manchu (Dinasti Ching)
memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti
asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya
pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti
Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu
muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis
Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 –
1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas
semangatnya di tanah air Indonesia.
c. Munculnya Gerakan Turki Muda di
Bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa
Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya
pembaruan dan modernisasi di segala pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia
sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
d. Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum
pergerakan
nasional di India membentuk All India
National Congress
(Partai Kongres India), atas
inisiatif seorang Inggris Allan
Octavian Hume pada tahun 1885. Di
bawah kepemimpinan
Mahatma Gandhi, partai ini kemudian
menetapkan garis
perjuangan yang meliputi Swadesi,
Ahimsa, Satyagraha, dan
Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha
mengandung makna yang memberi banyak
inspirasi
terhadap perjuangan di Indonesia.
e.Filipina di bawah Jose
Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol
yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul
sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan mendirikan
Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah
terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana
membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol.
Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati
pada tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap
patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat
rela berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar