Minggu, 22 Maret 2015

METODE PEMBELAJARAN AL - QURAN




A.    METODE PEMBELAJARAN AL – BAGHDADI
     Kaedah ini merupakan kaedah yang paling lama dan meluas digunakan di seluruh dunia.Ia dipercayai berasal dari Baghdad, ibu Negara Iraq dan diperkenalkan di Indonesia seiring dengan kedatangan saudagar dari Arab dan India yang singgah di Kepulauan Indonesia (Mohd Zainul 2008). Manakala menurut (Komari 2008) menjelaskan kaedah ini sudah bermula dari pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan di Indonesia kaedah tersebut telah diperkenalkan pada awal tahun 1930an sebelum kemerdekaan.Kaedah ini juga dikenal dengan kaedah sebutan “eja” atau latih tubi, tidak diketahui pasti siapa pengasasnya.
     Cara mengajarkannya dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, kemudian tanda-tanda bacanya dengan dieja/diurai secara pelan.Setelah menguasai barulah diajarkanmembaca QS.Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya.Setelah selesai Juz ‘Amma, maka dimulai membaca Al-Qur’an pada mushaf, dimulai juz pertama sampai tamat.
     Dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, pengajian anak-anak terus menyebar dalam jumlah besar merata di seluruh pelosok tanah air.Berkat pengajian anak-anaklah makakemudian umat Islam, dari generasi ke generasi berikutnya, mampu membaca Al-Qur’an dan mengetahui dasar-dasar keislaman.
     Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan iptek, sistem pengajian “tradisional” dan metode pembelajaran dengan kaidah Baghdadiyah yang demikian jadi kurang menarik. Anak-anak lebih tahan duduk berjam-jam di depan TV daripada duduk setengah jam di depan guru ngaji. Akibatnya, harus dibutuhkan waktu 2 – 5 tahun untuk bisa memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an (Mahmud Yunus, 1979: 35).Akibat lebih lanjut adalah semakin banyak terlihat anak-anak muda Islam yang tidak memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an.
     Di tengah keprihatinan ini ternyata mendorong banyak ahli untuk mencari berbagai solusi pemecahannya. Maka sejak tahun 1980-an di Indonesia bermunculan ide-ide dan usaha untuk melakukan pembaruan sistem dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an ini. Diantara tokoh pembaru yang cukup menonjol adalah KH.As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta yang telah tekun menulis dan menyusun buku Iqro’, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai “Metode Iqro’”.Metode ini ternyata, menurut informasi berbagai pihak, telah sanggup membawa anak-anak lebih mudah dan lebih cepat dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
-          Hafalan
-          Eja
-          Modul
-          Tidak variatif
-          pemberian contoh yang absolute

Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1.       Kelebihan
a.       Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
b.      Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
2.       Kekurangan
a.       Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
b.      Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.
c.       Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

B.     METODE PEMBELAJARAN QIROATI
     Awal mula pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem pengajian yang berada di mushola/langgar, masjid, dan bahkan di rumah-rumah.Sebagian besar metode yang diterapkan yakni dengan menggunakan turutan yang didalamnya berisi Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an.Metode ini merupakan metode yang disusun oleh ulama’ Baghdad, seiring berjalannya waktu khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
     Pada pertengahan tahun 1986 dikalangan umat islam muncul metode yang disusun oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun. Metode ini muncul dari usaha Ust.H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an dengan meneliti dan mengamati pengajian anak-anak di luar daerah.
     Awalnya beliau mengajarkan ngaji  kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan, akan tetapi hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahafaal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang .pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak ada di mushalla, langgar dan masjid setempat, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.
     Berdasarkan rasa ketidak-puasan dengan hasil mengaji dengan kitab turutan, Ust.H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’.
     Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya.
Tujuan Metode Qiraati :
·         Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian Al-Quran (dari segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid)
·         Menyebarkan Ilmu Bacaan Al-Quran yang benar dengan cara yang benar
·         Mengingatkan para guru Al-Quran agar berhati-hati dalam mengajarkan Al-Quran
·         Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran Al-Quran

Prinsip –prinsip dasar Qiro’ati :
a.       prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
~        Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
~        Daktun (tidak boleh menuntun)

b.      Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri / anak didik:
~        CBSA : Cara belajar santri aktif.
~        LCTB  : Lancar cepat tepat dan benar.


Dalam mengajarkan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:
1.      Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.
2.      Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.
3.      Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).
4.      Jilid IV
Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.
5.      Jilid V
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar
6.      Jilid VI
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.

Metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan, yaitu:
1.      Kekurangan:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.

2.      Kelebihan
·         Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain.
·         Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
·         Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
·         Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika lulus test.


C.     METODE PEMBELAJARAN IQRO’
     Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
     Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
     Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan  tujuan untuk meudahkan setiap peserta didik (santri) yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode iqro; ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia.
     Sebelum K.H. As’ad Humam meluncurkan metode Iqro’ memang sudah ada metode membaca Al-Qur’an yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, methode  Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya.  K.H. As’ad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro  muncul, sekitar tahun 1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum bisa membaca Al-Qur’an.
     Metode Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan  penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an.
     Dari waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan  metode ini.

     Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur’an. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri.

Ada 10 macam sifat-sifat buku Iqro’ yatu :
  1. Bacaan langsung.
  2. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
  3. Prifat
  4. Modul
  5. Asistensi
  6. Praktis
  7. Sistematis
  8. Variatif
  9. Komunikatif
  10. Fleksibel

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
  1. TK Al-Qur’an
  2. TP Al-Qur’an
  3. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
  4. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur’an
  5. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
  6. Digunakan di majelis-majelis taklim

Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah:

Kelebihan:
·      Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
·      Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
·      Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
·      Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
·      Bukunya mudah di dapat di toko-toko.

Kekurangan:
·      Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
·      Tak ada media belajar
·      Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

D.    METODE PEMBELAJARAN AT – TARTIL
     Metode Tartil merupakan salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an yang lebih praktis dan lebih cepat untuk membantu murid/pelajar membaca Al-Qur’an. Metode ini diperkenalkan oleh Hj. Gazali, S.MIQ, M.A (Pensarah Ilmu Al-Qur’an Sekolah Tinggi Agama Islam, Pengembangan Ilmu Al-Qur’an “STAI-PIQ” Negeri Sumatera Barat, Indonesia) pada tahun 1998. Pada mulanya metode ini diberi nama “ Metode Cepat dan Praktis Membaca Al-Quran”
     Metode ini terdiri dari dua siri, yaitu Tartil I dan Tartil II. Tartil I adalah untuk memandu murid/pelajar mengenali huruf, membaca huruf berbaris satu, sukun, musyaddah dan tanwin. Tartil II adalah untuk memandu murid/pelajar mempelajari Mad, Ghunnah, dan Waqaf wal Ibtida’.
     Pembelajaran dilakukan setiap hari (satu kali pertemuan 1 Jam), murid/pelajar hanya memerlukan masa empat bulan untuk mempelajari kedua siri metode Tartil tersebut. Proses pembelajarannya mengaktifkan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an dan disertai dengan lagu-lagu tartil yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid.
Adapun aturan-aturan dalam pembelajaran Al-Quran metode ini adalah, meliputi:
a.       Penerapan metode At-Tartil harus dilakukan oleh ustadz/ustadzah yang sudah mendapatkan syahadah mengajar terlebih dahulu dari Biro TPQ. Sedangkan dalam penerapan Metode At-Tartil ini dalam setiap Jilidnya terdapat materi pelajaran dan cara mengajarkannya, selain itu juga terdapat pokok-pokok pelajaran di setiap jilidnya dan dengan menggunakan strategi klasikal dan privat individual sebagai evaluasinya.
b.      Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pembelajaran baca tulis al-Qur’an adalah dengan adanya pembinaan dan penataran secara berkelanjutan yang dilakukan oleh Biro TPQ. Dalam bacaan At-Tartil akan dinilai setiap hari dan dicatat hasilnya pada evaluasi harian oleh gurunya masing-masing agar diperhatikan oleh orang tuanya di rumah. Diadakannya imtihan setiap tahun dan diadakannya imtas bagi yang sudah lulus jilid 6 (Bacaan Gharib yang ada di jilid 6).
Terdapat empat komponen asas yang menjadikan metode At-Tartil lebih praktis dan lebih cepat dibanding dengan metode lain,yiaitu:
·         Materi diberikan dalam bentuk lisan dan tulisan.
·         Masa yang diperlukan hanya 27 kali pertemuan untuk Tartil I dan 22 kali pertemuan untuk Tartil II (1 kali pertemuan 45-60 minit). Dalam masa 4 Bulan murid/pelajar Insya Allah mampu membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar. Masa 4 bulan tersebut sudah termasuk masa untuk mengevaluasi, sekiranya ada diantara murid/pelajar yang agak lambat belajar.
·         Adanya materi wajib yang harus diberikan yaitu Seni Tartilul Qur’an.
·         Adanya materi menulis ayat al-Quran dengan baik yang telah   disediakan lansung dalam buku yang digunakan.

E.     METODE PEMBELAJARAN TILAWATI
     Tilawati adalah merupakan salah satu di antara metode pengajaran Al Qur'an. Tilawati menawarkan suatu sistem pembelajaran Al Qur'an yang yang mudah, efektif dan efesien demi mencapai kualitas bacaan, pemahamanan dan implementasi Al Qur'an. Titik berat pendidikan tidak hanya pada santri melalui munaqasah tapi juga pada guru/ustadz dan ustadzah dibina. Metode Tilawati menggabungkan metode pengajaran secara klasikal dan privat secara seimbang sehingga pengelolaan kelas lebih efektif. Ustadz atau ustadzah dapat mengajari santri 15-20 orang tanpa mengurangi kualitas. Waktu pendidikan anak menjadi lebih singkat dengan kualitas yang diharapkan/standar. Sehingga kelas TQA dapat dicapai anak mencapai kelas 6 dan drop out dari TPA.
    Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim yang terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesan tren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA. Karakteristik dan keunggulan metode Tilawati antara lain:
·    Menyeimbangkan pendekatan pembelajaran secara klasikal dan individual.
·    Metode ini disusun secara praktis sehingga mudah dipelajari.
·    Menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat membaca al-Qur’an secara tartil.
·    Menggunakan variasi lagu-lagu tilawah dalam membaca al-Qur’an sehingga tidak membosankan.
     Taman Pendidikan Al Quran telah membuktikan efektifitas dan kemudahan pembelajaran Al Quran metode Tilawati menuju bacaan tartil. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka menggunakan Tilawati :
  1. Buku Tilawati disusun oleh para aktifis pengerak pendidikan Al Quran di Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dan sekolah formal di Indonesia
  2. Buku Tilawati diajar dengan menggunakan standart lagu rost dari jilid 1 s.d. jilid 6 dan menggunakan lagu nahawan untuk pengembangan.
  3. Buku Tilawati dilengkapi media pembelajaran lainnya yaitu peraga, kaset lagu rost, dan vidio teknik pembelajaran.
  4. Buku menerapkan strategi pembelajaran klasikal dan individual secara seimbang dan proporsinal sehingga:
·         Proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien
·         Pembelajaan menjadi mudah dan menyenangkan
·         Pengelolaan santri menjadi lebih tertib.
·         Target pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi