RESENSI NOVEL
A.
PENDAHULUAN
Judul
Novel :
The Last Star
Nama
Pengarang : Intan Mulyani
Tahun
terbit :
Cetakan pertama, Mei 2014
Penerbit :
PING!!!
Tebal
buku
a. Jumlah
halaman : 320 halaman
b. Tebal
(lebar + panjang) : 12.8 cm + 19 cm
Harga
buku : Rp
40.000,00
Pelaku
dalam novel :
· Shanty
Nur Azahra Siahaan (Shanty)
· Federick
Rafael (Rafael)
· Stephanie
Tan (Stephanie)
· Kirana
(teman baik shanty)
· Randy
(kakak Shanty)
· Shandy
(kakak Shanty)
· Sherly
wowuruntu
· Bu
Ali (mama Shanty)
· Pak
Ali (papa Shanty)
· Pak
Budiyanto
· Pak
Frankie
· Grace
(teman sekolah Shanty)
· Rahman
(kakak Shanty)
· Reza
(kakak Shanty)
· Rahmat
(kakak Shanty)
· Dan
lain - lain
Sinopsis :
Novel ini bercerita tentang seorang gadis remaja, seorang
Mujahidah muda yang akrab disapa Shanty yang mengenakan hijab yang berkeinginan
untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa hijab itu bukan suatu penghalang
untuk beraktivitas bagi kaum muslimah. Shanty juga mempunyai cita-cita yang
sangat mulia, Dia ingin memperkenalkan Islam melalui Olahraga. Cita-cita yang
sangat mulia yang jarang sekali dimiliki oleh setiap remaja saat ini.
Shanty yang memiliki semangat juang tinggi, juga pernah
merasakan cacian bahkan dari Kakak kandungnya sendiri yang berusaha untuk
memupuskan karier dan niat baik Shanty. Kakaknya tidak menyukainya karena
Shanty dianggap sok alim dan telah membuat orang tuanya pilih kasih kepanya. Akan
tetapi, Gadis remaja berdarah batak ini mampu membuktikan bahwa berhijab bukan
suatu halangan untuk berprestasi. Cacian yang selama sering ia terima kini
dibungkam oleh prestasi yang memukau yang ditunjukkan kepada semua orang yang menyaksikan
penampilannya di Turnamen bulu tangkis.
Selain itu Shanty juga bertemu dengan parner bulu tangkisnya
bernama Stephanie, walupun mereka berbeda agama, tapi mereka selalu toleransi
satu sama lain dan selalu kompak walaupun sebenarnya ada maksud lain Stephanie
berteman dengan Shanty. Shanty juga dicintai oleh seorang laki – laki tampan
yang merupakan parner bulu tangkis dari kakaknya yang sangat membencinya. Laki
– laki itu bernama Federick Rafael, ia sangat mencintai Shanty sehingga ia
berusaha untuk mengerti aktivitas Shanty dan mau untuk belajar lebih dalam
tentang islam.
Dalam novel ini diceritakan bahwa Shanty menderita penyakit
Leukemia stadium lanjut. Pada awalnya Shanty tidak tahu bahwa ia sakit, ia
hanya selalu merasa pusing dikepalanya, akan tetapi saat ia tahu tentang
penyakitnya ia sempat sedih, akan tetapi Shanty mencoba untuk tetap tegar dalam
menghadapi penyakitnya. Shanty bersyukur karena berkat penyakit yang
dialaminya, hubungannya dengan kakak kandungnya yang pada awalnya sangat membencinya
menjadi lebih baik. Kakaknya merasa menyesal karena ia belum dapat
membahagiakan adiknya, bahkan selama ini ia merasa bahwa dirinya sangat jahat
terhadap adiknya. Walaupun sakit yang diderita Shanty sangat parah, akan tetapi
semangatnya untuk tetap berjuang mengenalkan Islam tidak pernah padam. Shanty
juga telah mengajarkan kepada semua orang yang dia sayangi untuk belajar
ikhlas, ikhlas untuk melupakan sakit hati, ikhlas untuk bisa memaafkan
kesalahan orang-orang yang telah berbuat zalim kepada kita, dan ikhlas dalam
menghadapi cobaan yang sedang kita alami.
Disaat terakhirnya, Shanty tetap berusaha untuk mengikuti
ajang Turnamen bergengsi bulu tangkis. Shanty terdaftar sebagai salah satu
pesertanya. Seperti biasa sebelum memasuki lapangan, Dia berdoa memohon kepada
Allah agar setiap langkah kakinya selama di dunia adalah langkah kaki yang di
Ridhai oleh Allah, dan dijadikan hembusan terakhir nafasnya tak pernah lepas
dari dzikir menyebut nama Allah SWT.
Pada saat Turnamen berlangsung, Shanty terjatuh setelah
memenangkan turnamen yang diikutinya bersama temannya Shephanie. Saat jatuh ia
sempat dibawa ke rumah sakit, akan tetapi setelah bertahan 5 jam menunggu
kakaknya dan orang yang dicintainya bertanding ia pun menghembuskan nafas
terakhirnya. Walaupun Shanty telah tiada, tetapi perbuatan baiknya selalu
dikenang oleh orang sekitarnya sampai saat ia dimakankan banyak orang yang
mendoakannya.
Perjuangan, pengorbanan, dan semangat yang selama ini selalu
ditunjukkan oleh Shanty ternyata mampu mengubah segala hal yang awalnya pahit
menjadi suatu hal berbuah manis tidak hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang
lain disekitarnya. Shanty seorang remaja usia 16 tahun dengan berbekal cita –
cita mulia dan cacian mampu membuatnya bertahan dan menunjukkan bahwa ia bisa
dan sanggup untuk mempertahankan prinsipnya dalam berdakwah dengan caranya
sendiri.
B.
ISI
UNSUR
INTRINSIK
1. Tema : Perjuangan untuk meraih impian
Hal
itu dapat dilihat dari isi novel ini yang menceritakan tentang perjuangan
Shanty dalam mewujudkan mimpinya, walaupun banyak sekali orang yang menghinanya
dan tidak suka padanya, tapi ia tetap berusaha untuk membuktikan bahwa ia mampu
untuk meraih mimpinya dan prinsip yang ia pertahankan.
2. Amanat
:
a. Selalu
berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan impian kita, walaupun banyak
sekali tantangan yang harus kita alami
b. Jangan
membalas orang yang jahat terhadap kita, kita harus selalu bersabar dan
menghadapi orang jahat itu dengan baik, karena kebaikan dapat meluluhkan sikap
jahat seseorang.
c. Selalu
belajar ikhlas dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan yang sedang kita
alami
d. Jangan
pernah menyerah terhadap sebuah keadaan, buatlah sebuah peluang dari keadaan
tersebut, walaupun sedikit sekali kemungkinan untuk berhasil
e. Jangan
membuang – buang makanan yang seharusnya masih dapat dimakan, lebih baik
berikan kepada orang lain yang kekurangan makanan, karena banyak orang yang
kondisi ekonominya lebih buruk dari kita, dan bahkan mereka tidak bisa makan.
f.
Selalu beribadah kepada
Allah dan ajarkanlah sedikit ilmu agama kepada orang lain yang belum mengerti
ajaran agama, karena saat ini banyak sekali orang yang buta akan membaca
Al-Quran.
g. Selalu
rendah hati terhadap siapa saja, jangan sombong, dan selalu tolong menolonglah
sesama makhluk Allah, karena tolong menolong diajarkan dalam islam
3. Alur
novel : Maju
Dalam
novel ini memiliki alur maju karena urutan ceritanya berurutan. Novel ini
bercerita dari awal mula Shanty pergi ke Jakarta sampai saat ia harus meninggal
karena sakit yang telah dideritanya. Menurut saya, alur cerita masuk akal, akan
tetapi terkadang ada hal yang tidak masuk akal, seperti saat tiba – tiba Shanty
divonis menderita Leaukimia, walaupun ia sempat pingsan tapi itu jarang sekali,
mengapa sakitnya tiba – tiba stadium lanjut. Meskipun ada sedikit keganjalan,
akan tetapi ceritanya sangat seru dan membuat pembaca merasa penasaran dengan
kelanjutan jalan ceritanya. Novel ini memiliki ending yang sedih karena Shanty
harus meninggal dunia, tapi setelah kepergian Shanty ada berkah yang terjadi
terhadap keluarga, teman dan tetangganya.
4. Watak
Pelaku:
·
Shanty Nur Azahra Siahaan
(Shanty): Sabar, baik hati, lemah lembut, gigih, ramah, pantang menyerah,
memiliki semangat yang kuat, dan selalu berbagi pada orang lain.
·
Federick Rafael (Rafael):
Baik hati, sabar, mau berubah, selalu ingin tahu, ikhlas, mencintai dengan
tulus, dan suka menolong
·
Stephanie Tan (Stephanie):
Baik hati, suka menolong walau ada maksud tersembunyi, mau berubah, dan suka
menghargai orang lain.
·
Kirana (teman baik
Shanty) : baik hati, lembut, ramah, sopan,suka menolong, suka berbagi ilmu dan
sayang dengan Shanty
·
Randy (kakak Shanty) :
jahat, tidak sayang pada adiknya, egois, dan suka meremehkan orang lain.
·
Shandy (kakak Shanty) :
jahat, tidak sayang pada adiknya, egois, dan suka meremehkan orang lain.
·
Sherly wowuruntu : baik
hati, suka menolong, berani mengambil resiko, dan sabar
·
Bu Ali (mama Shanty) :
sayang terhadap anaknya, sabar, baik hati, dan lemah lembut.
·
Pak Ali (papa Shanty) :
baik hati, sabar, sayang terhadap anaknya, dan lemah lembut
·
Pak Budiyanto : jahat,
suka menghina orang lain, suka meremehkan orang lain, dan tidak mau memberikan
kesempatan pada orang lain.
·
Pak Frankie : baik hati,
mau member kesempatan pada orang lain, tegas, dan tulus
·
Grace (teman sekolah
Shanty) : jahat, suka menghina orang lain, dan mau berubah
·
Rahman (kakak Shanty) :
baik hati, sabar, dan sayang terhadap adiknya
·
Reza (kakak Shanty) :
baik hati, sabar, dan sayang terhadap adiknya
·
Rahmat (kakak Shanty) :
baik hati, sabar, dan sayang terhadap adiknya
5. Sudut
pandang pengarang : Orang ketiga
diluar cerita
Dalam
novel ini, pengarang hanya menceritakan orang lain, ia tidak terlibat dalam
cerita ini. Pengarang berada diluar cerita dalam novel ini, ia hanya menulis cerita
ini, bukan terlibat didalamnya.
6. Setting/Latar :
a. Latar
tempat : Rumah Shanty, Masjid
Baiturrahman, SMA mandiri, Lapangan
badminton, perpustakaan, rumah sakit, halaman belakang rumah, perkampungan belakang
kompleks, dan lain – lain.
b. Latar
waktu : Pagi, Siang, Sore Malam
c. Latar
suasana : Senang, Sedih,
mengharukan, Mengembirakan
7. Gaya
Bahasa : Novel ini menggunakan gaya bahasa yang santai, gaul, dan segar. Gaya
ini banyak digunakan oleh anak Jakarta dalam berbicara. Tidak ada ungkapan –
ungkapan khusus yang teletak didalamnya. Dengan gaya bahasa ini, pembaca dapat
dengan mudah mengerti dan memahami maksud dari cerita tersebut, selain itu
pembaca tidak merasakan kebosanan dan kebingungan dalam memahami ceritanya.
UNSUR
EKTRINSIK
Nilai
– nilai dalam novel :
1. Nilai
Agama/moral :
Keputusan Sherly menjadi
seorang muslimah tidak saja mengubah hubungan baik dengan keluarga dan kedua
orang tuanya, namun juga terhadap sekolah dan kariernya di dunia olahraga bulu
tangkis yang ditekuninya sejak kecil. Sebagai seorang muslimah yang baik,
Sherly bertekad dimana pun dia berada, apa pun yang hendak dilakukannya, dia
tetap ingin memperlihatkan identitas kemuslimannya, baik itu di sekolah maupun
dilapangan bulu tangkis. Apalagi, setelah dia tahu tentang ajaran agama barunya
yang mewajibkan menutup aurat dan menjaga hijab dengan berpakaian sopan dan
serba tertutup.
2. Nilai
Pendidikan
“…..
, aku pernah membaca sebuah buku tentang perjuangan para Wali Songo dalam
rangka menyebarkan agama islam di tanah jawa. Aku ingat ketika membaca tentang
cara yang dilakukan oleh sunan Muria dalam penyampaian misi dakwahnya.”
“Ya.
Gue juga tahu, Sunan Muria berdakwah pake’ media seni. Tapi sunan Muria ini
lebih banyak memakai media seni tari. Bukankah begitu, San?” sahut kirana
sambil sibuk mengumpulkan CD.
“Betul.
Aku terkesan banget pas baca bagian ketika Sunan Muria beserta teman – teman
dan para santrinya main tayuban di teras masjid sambil membawakan tembang –
tembang sholawat. Dan apa yang dilakukan oleh Sunan pada saat itu banyak
menarik perhatian orang, sampai – sampai halaman masjid yang tadinya sepi jadi
penuh dengan orang yang nonton. Dengan segala kerendahan hati, orang – orang itu
dipersilahkan tidak hanya nonton, tapi ikut nembang dan menari juga. Suasana
dibikin sektab mungkin. …..”
3. Nilai
Sosial :
·
Dengan penuh semangat,
anak – anak itu mengikuti kirana ke tempat wudhu. Tempat wudhu masjid yang
biasanya sepi, hari ini sontak jadi ramai oleh suara anak – anak yang berebut
minta diajari wudhu oleh kirana. Dengan penuh kesabaran, kirana membimbing
mereka. Sebhanallah, mudah – mudahan anak
– anak ini justru yang akan menjadi orang pertama mendengarkan ajakan kami, ya
allah, bisik kirana. Mesti dia harus kerepotan anak – anak itu wudhu,
tetapi hatinya bukan main merasa senang dan bangga dengan apa yang sedang
dilakukannya.
·
“Apa ini, Non?” Tanya
ibunya Alif keheranan. “ini ada sedikit rezeki untuk Ibu, titipan dari ama
saya,” ucap Shanty. Ibu Alif terlihat bingung. Seumur – umur dia tinggal di
perkampungan ini, rasa – rasanya belum pernah ada warga kompleks yang member
sesuatu untuk dirinya, kecuali zakat fitrah dan daging hewan qurban setahun
sekali dari masjid. “Ayolah Bu, diterima. Memang tidak seberapa, tapi lumayan
untuk makan malamnya Alif,” bujuk Shanty. Malihat niat Shanty yang sungguh –
sungguh, amata ibunya Alif jadi berkaca – kaca dibuatnya.
4. Nilai
Budaya
Dari
balik pintu kamar, Bu Ali menatap putrid bungsunya dengan sort mata pilu
berkaca – kaca. Hatinya bagai ditikam ribuan belati saat mendengar senandung
merdu suara milik Rahman, rahmat, dan Shanty melatunkan lagu “Inang” diiringi
alunan music dari keyboard. Syair lagu itu serasa mewakili perasaan Bu Ali. Terlebih,
Rahman, Rahmat, dan Shanty membawakannya dengan penuh penghayatan. Pecahan
vocal kesatu, dua, tiga milik tiga bersaudara ini terdengar seperti lengkingan
para penyanyi lagu – lagu Batak professional yang sudah berpengalaman. :
KESIMPULAN
Novel
ini memiliki jalan cerita yang sangat menarik sehingga pembaca selalu ingin
tahu kelanjutan dari cerita didalamnya. Novel ini menceritakan seorang gadis
remaja yang memiliki keinginan dan cita – cita yang sangat luar biasa, ia
selalu berusaha dan pantang menyerah dalam mewujudkan impiannya, ia selalu
ingin membuktikan kepada semua orang bahwa seorang yang berhijab bukan berarti
tidak dapat menjalankan aktivitas seperti orang yang tidak berhijab. Setelah
membaca novel ini, pembaca dapat mempelajari berbagai nilai yang terdapat
didalamnya, banyak sekali amanat yang terdapat di dalam novel ini. Bahasa yang
digunakan juga sangat ringan, santai dan menggunakan bahasa sehari – hari
sehingga pembaca tidak kesulitan dalam memahami isi novel. Diluar dari
kelebihannya, novel ini memiliki sampul buku yang tidak menarik, sehingga orang
akan merasa malas untuk membacanya. Saya memilih novel ini karena jalan
ceritanya yang menarik dan novel ini membuat saya terinspirasi untuk pantang
menyerah dalam meraih impian saya, selalu ikhlas dan tabah dalam menghadapi
segala cobaan dan tidak saling membenci dan balas dendam terhadap orang yang
menghina kita.
Menurut
saya novel ini sangat cocok bagi para pemuda, dimana pemuda dapat mencontoh
semangat dan prinsip yang tulus yang dimiliki Shanty, selain itu banyak
pelajaran islami yang dapat didapat oleh para pemuda, sehingga para pemuda
dapat lebih mengerti tentang agama dan lebih taat dalam menjalankan perintah
Allah.